Starbucks Adalah Bank Berkedok Kedai Kopi, Kok Bisa?
Ngomongin tentang model bisnis yang menurut aku tuh unik banget dari brand yang cukup terkenal yaitu Starbucks.
Kalau kamu dengar nama Starbucks Apa sih yang muncul di pikiran kamu? Mungkin kamu kepikiran tentang produk kopi kekinian yang populer di kalangan anak muda dengan berbagai varian kopi.
Starbucks bisa dibilang gerai franchise kedai kopi terbesar di dunia. Bayangin aja nih mereka tuh punya lebih dari 34000 jaringan yang tersebar di 84 negara dan lebih dari 60% pendapatan.
Mereka datang dari penjualan minuman, tapi kamu tahu nggak kalau dalam konsep bisnisnya Starbucks tuh sering kali disebut-sebut sebagai sebuah bank ketimbang sebuah kedai kopi.
Hah Kok bisa sih perusahaan yang jualan kopi malah dianggap sebagai bank? Nah ini dia yang uniknya. Percaya atau tidak banyak pengamat bisnis dan studi yang mengkonfirmasi bahwa Bos starbucks menerapkan konsep perbankan yang berkedok kedai kopi. Bahkan kalau sampai dianggap sebagai bank, Starbuck ini bisa dibilang merupakan salah satu bank terbesar di Amerika Serikat.
Nah sebelum aku jelasin gimana konsepnya, Aku mau cerita sedikit dulu tentang sejarah awal pendirian Starbucks. Perusahaan itu berawal dari sebuah toko kecil yang berdiri di tahun 1971 di Pasar Raya Pike Place di kota seattle. Awalnya Starbucks ini tuh bukan kedai kopi, Tapi toko yang ngejual biji kopi, daun teh, dan juga rempah-rempah yang diimpor dari mancanegara.
Mereka baru mulai fokus jadi usaha kedai kopi di tahun 1987 saat Seorang pebisnis Amerika yang bernama Howards Schullz bergabung ke perusahaan mereka sebagai CEO dan akhirnya ngambil lagi kepemilikan Starbucks dari founder lamanya.
Sejak saat itu Starbucks terus berkembang sampai puluhan ribu cabang dan puluhan juta pelanggan yang tersebar di puluhan negara. Terus gimana ceritanya sih Starbucks bisa jadi Bank?
Ini Berawal Di tahun 2008 waktu Amerika ngalamin krisis akibat kejatuhan harga properti. Bisnis Starbucks sempat lesu sampai-sampai harus nutup 600 gerai mereka. Terus di tahun 2009 mereka harus nutup 300 gerai lain dan selama itu mereka terpaksa nih harus PHK ratusan ribu pegawainya.
Disaat inilah Howards Schullz yang awalnya itu mundurin diri, ditarik lagi jadi CEO di tengah kondisi bisnisnya yang lesu. Mereka melakukan sebuah reformasi radikal yang umum fundamental konsep bisnis Starbucks secara Brilia.
Inovasi terbesar yang dilakukan sama Starbucks adalah bikin program loyalti berupa kartu, yaitu Starbucks gift card yang terkoneksi sama aplikasi My Starbucks yang diluncurin di tahun 2009. Buat kamu yang langganan di Starbucks mungkin udah suka ya atau pernah pakai kartu ini dengan program ini pelanggan bertanda print poin tiap kali ngelakuin pembelian nantinya poin itu bisa ditukar gitu sama reward tertentu.
Nggak cuma itu aja jangan Starbucks juga bisa depositin uang mereka ke kartu atau aplikasi buat jadi saldo yang bisa dipakai nih buat bayar pembelian Starbucks mereka. Bisa dibilang konsepnya kayak kita top up dana di dompet digital kita aja. Bedanya saldo di dompet digital tuh bisa dipakai buat bayar macam-macam ya dari berbagai vendor lain. Tapi kalau di aplikasi dan kartu Starbucks pelanggan cuma bisa pakai buat beli produk-produk di gerai Starbucks doang.
Terus Apa untungnya dong buat pelanggan Kalau bayar pakai saldo ini, kan duitnya nggak bisa ditarik dan cuman bisa dipakai buat beli produk Starbucks doang, kenapa nggak langsung pakai cash aja sih bayarnya kayak biasa?
Nah dengan program loyalty Starbucks Starbucks ini tuh sukses menarik pelanggan buat bisa dapat poin dan dapat reward-reward tertentu, kayak diskon atau gratis kopi dan cake. Mungkin kamu mikir gitu kalau strategi ini ya cuma kayak promosi membership biasa, ya emang udah banyak dilakuin sama banyak bisnis lain. Tapi kamu juga harus tahu nih, Starbucks tuh udah punya basis pelanggan setia yang gede banget dan aplikasi mereka juga jadi aplikasi restoran paling populer dibanding restoran lain.
Dengan popularitas yang besar ini Starbucks bisa ngelakuin hal yang gak bisa dilakuin sama brand lain. Orang-orang nggak akan ragu buat deposit banyak uang mereka ke kon Starbucks, soalnya mereka yakin nih kalau saldonya pasti bakalan kepakai buat beli kopi di Starbucks. Ya emang udah jadi langganan mereka sehari-hari, mungkin sebagian dari kamu masih ada yang ngerasa kalau beli Starbucks itu Iya cuma buat rasa-rata tertentu doang soalnya kan harga kopinya Emang lumayan premium, tapi kalau di Amerika atau negara-negara maju di Eropa pergi ke starbucksku dan jadi kegiatan rutin hampir setiap hari.
Mulai dari ngopi pagi hari sebelum berangkat kerja, meeting sama rekan bisnis, sampai nunggu jemputan atas keadaan numpang wi-fi aja buat kerja. Pergi ke Starbucks itu udah jadi budaya rutin buat banyak orang di dunia. di tahun 2011 25% penjualan Starbucks dilakuin lewat deposit ini, dan di tahun 2021 pengguna program itu dan mencapai 24 juta pelanggan di Amerika Serikat dan Kanada doang, dan sampai 45% dari total penjualan Starbucks di kedua negara ini tuh berasal dari deposit aplikasi mereka. nilai top up-nya itu mencapai 10 miliar dolar Amerika atau setara sama 145 Triliun Rupiah di tahun itu.
Dengan jumlah deposit sebanyak ini bikin Starbucks tuh bisa beroperasi layaknya sebuah bank. Kok bisa kayak bank sih? Ingat bank itu beroperasi dengan cara narik dana dari masyarakat lewat tabungan dan juga pinjaman buat biayain seluruh operasi bisnis mereka. Operasi bisnis yang dibiayain bank biasanya tuh kayak KPR, Obligasi atau nyalurin pinjaman ke pebisnis atau pelaku usaha yang butuh dana.
Program loyalty di Starbucks ini juga beroperasi dengan cara yang mirip banget sama bank. Miripnya gimana tuh? Yang pertama saldo dari pelanggan mereka itu ibarat dana tabungan atau pinjaman dari masyarakat tapi jeniusnya sebagai lembaga penghimpun dana Starbucks Nggak perlu tuh bayar bunga ke pelanggannya.
Dengan ngelakuin top up deposit di akun mereka, pelanggan Starbucks tanpa sadar udah nyediain dana pinjaman segar bebas bunga senilai miliaran dolar Amerika Serikat buat Starbucks, yang bisa diinvestasiin buat bioperasi ataupun ekspansi bisnis mereka. Mulai dari ekspansi toko, bayar karyawan, beli bahan baku, ataupun riset produk baru.
Kalau bank biasanya nawarin bunga buat tabungan dan Deposito yang mereka terima dari nasabah mereka, Starbucks nggak perlu bayar bunga sama sekali dari top up para pelanggan Mereka. Jeniusnya lagi semua dana yang ngendap itu pada akhirnya bakalan dihabisin semua buat beli produk-produk yang mereka nentuin sendiri harganya.
Di sisi lain bank punya kewajiban buat ngembaliin tabungan deposito atau pinjaman yang mereka terima plus bunganya, sementara Starbucks Nggak perlu tuh bayar uang sepeserpun ke para pelanggannya karena kan saldonya emang gak bisa ditarik dan cuman bisa dibeliin produk mereka sendiri. Dengan begitu sebagai lembaga penghimpun dana, Sahabat Jadi nggak perlu nyiapin dana cadangan atau research case kayak bank karena kan nggak perlu khawatir juga ya Ada penarikan deposit besar-besaran dari para pelanggannya, dan karena Starbucks secara hukum bukan sebuah bank mereka Jadi nggak terikat sama regulasi di industri keuangan kayak bank.
Walaupun menghimpun dana masyarakat, Starbucks ini nggak perlu nyiapin cadangan khas minimum, nggak perlu ngitung rasio kesehatan kredit, nggak perlu ngitung risiko potensi gagal bayar ataupun kredit macet. Mereka juga Nggak perlu tuh asuransi deposit pelanggan ke perusahaan asuransi ataupun lembaga penjamin simpanan, karena ya statusnya bukan tabungan nasabah atau deposito.
Mereka bebas aja belanjain dan mengelola uang miliaran dolar yang mereka terima dari deposit pelanggan buat kepentingan bisnis mereka. Bahkan CEO Hana Financial Group yang merupakan konglomerat fintech terbesar ketiga di Korea Selatan menyebut nih Starbucks sebagai bank yang enggak teregulasi.
Sekarang aku mau cerita nih tentang seberapa besarnya sih Starbucks Kalau mereka jadi sebuah bank. Coba kamu tebak, emangnya berapa sih saldo ngendap yang ada di Starbucks? Sejak tahun 2016 nilai saldo ngendap ini selalu berada di angka lebih dari satu miliar dollar dan di Tahun 2022 nilai saldo ngendap ini udah nyentuh angka 1,723 miliar dollar atau setara sama 25,8 Triliun Rupiah.
Buat perbandingan aja nih ya, sekitar 87% bank yang ada di Amerika itu total asetnya nggak nyampe 1,72 miliar dollar di Tahun 2022, artinya apa kalau Starbucks jadi bank beneran mereka tuh bakalan masuk golongan 13% bank terbesar di Amerika dari sisi asset. Ini baru saldo ngendapnya aja loh alias dana yang emang belum dipakai sama pelanggan.
Kalau nilai top up depositnya sendiri berapa sih? Ternyata sempat mencapai 10 miliar Dollar atau setara sama 150 Triliun Rupiah per tahun. Ditambah lagi 10% dari saldo mengendap ini ternyata nggak pernah kepakai, entah karena Kartunya hilang atau pelanggannya lupa gitu ya punya saldo yang ngendap di kartu dia, jadi sama saja Starbucks ini bisa dapat 170 juta dollar secara cuma-cuma tiap tahun lewat deposit yang nggak kepakai doang.
Sudah nggak perlu bayar bunga ke nasabah, eh malah dapat duit ratusan juta dollar secara gratis, kurang apa lagi coba. Nah jadi nggak heran nih model bisnis yang dijalanin Starbucks ini dianggap sebagai strategi Brilian sama banyak expert di berbagai belahan dunia. Berkat cara ini terus menyelametin bisnis mereka dari masa kejatuhan ekonomi di tahun 2008, Nggak cuma itu aja strategi ini tuh juga bisa bikin Starbucks lebih fleksibel buat ngejalanin bisnisnya, karena mereka nggak perlu Terlalu ngandalin transaksi penjualan langsung dan bisa ngurangin ketergantungan sama pinjaman bank.
Bahkan mereka tuh bisa dapat pendapatan pasif seiring dengan bertumbuhnya pelanggan baru dan makin banyaknya saldo mengendap yang gak pernah dipakai sama pelanggannya. Walaupun gitu banyak petinggi perbankan di seluruh dunia itu mulai khawatir nih sama pertumbuhan saldo mengendap Starbucks Dan menganggap bahwa Starbucks itu adalah orang yang nggak teregulasi, bahkan banyak yang memperkirain cepat atau lambat Starbucks ini bakalan mengekspansikan bisnis mereka ke industri finansial lewat aset saldo mengendap yang mereka punya.
Saat ini pihak Starbucks sendiri emang secara resmi belum pernah bilang ya kalau mereka mau merambah ke dunia industri keuangan, tapi kalau aja mereka mau mereka tuh udah punya segala hal yang dibutuhin buat ekspansi jadi perusahaan jasa keuangan. Mulai dari aset keuangan sampai infrastruktur dan juga nasabah setia yang tersebar di seluruh belahan dunia.
Kalau mereka benar-benar nih terjun ke dunia keuangan atau ngajak brand lain kerjasama buat gabung ke sistem pembayaran mereka, Starbucks ini berpotensi nyiptain era baru di pembayaran digital di masa ini.
Nah itu tadi penjelasan aku tentang model bisnis Starbucks yang nyerupain model bisnis bank. Nggak nyangka juga ya perusahaan yang awal itu cuman kios kecil doang yang jualan biji kopi, eh bisa jadi jaringan perusahaan internasional yang cara kerjanya mirip bank.
Menurut kamu apa Starbucks layak buat disebut sebagai Bank? gimana sih proses masa depan mereka buat terjun ke industri jasa keuangan. Ceritain pendapat kamu di kolom komentar ya.
Sumber: youtube/Ngomongin Uang
Posting Komentar untuk "Starbucks Adalah Bank Berkedok Kedai Kopi, Kok Bisa?"